Gangguan Kepribadian Yang Tidak Di Sadari Oleh Diri Sendiri

Gangguan Kepribadian Yang Tidak Di Sadari Oleh Diri Sendiri
Kali ini kita akan belajar psikologi dengan topik gangguan kepribadian. Sebelum kita konsultasi psikologi, tentu kita perlu mengetahui tentang penyakit jiwa yang membuat penderita berpikir aneh. Yuk pelajari tentang gangguan kepribadian.
Apa itu Gangguan Kepribadian
(Personality Disorder)?
Gangguan Kepribadian adalah suatu kondisi yang menyebabkan penderitanya memiliki pola pikir dan perilaku yang tidak sehat dan berbeda dari orang normal.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ) pengertian dari gangguan kepribadian adalah :
Ciri kepribadian yang kaku (saklek, tegang atau rileks) dan mengalahkan (menyalahkan) diri sendiri, sehingga mempengaruhi fungsinya sebagai manusia dan bahkan menyebabkan gejala psikiatrik, menyebabkan penderitaan pada penderita dan orang lain atau keduanya dan menimbulkan maladaptasi sosial (hubungan antara pasangan, teman, keluarga, pekerjaan, sekolah dan lingkungan sekitar sering bermasalah atau hubungannya terbatas satu sama lain).
Selain pola pikir yang tidak sehat, kondisi yang dikategorikan sebagai penyakit mental ini juga bisa membuat penderitanya sulit untuk merasakan, memahami, atau berinteraksi dengan orang lain. Dan sulit bagi penderita untuk mengetahui perilaku yang dianggap normal dan yang tidak normal.
Gangguan kepribadian dapat digolongkan menjadi 3 kelompok :
Kelompok A : Gangguan Kepribadian Skizoid, Paranoid, dan Skizotipal.
Kelompok B : Gangguan Kepribadian Anti Sosial, Ambang (Borderline), dan Narsisistik.
Kelompok C : Gangguan Kepribadian Menghindar, Dependen, dan Obsesif Kompulsif.
Gangguan Kepribadian Kelompok A :
- Gangguan Kepribadian Skizoid.
Ciri utama penderita gangguan kepribadian jenis ini adalah sifat yang dingin.
Mereka seperti sangat sulit untuk merasa terhibur, sukar menikmati momen apa pun, tidak bergeming saat dikritik atau dipuji, sangat tidak sensitif (tidak care atau perhatian) terhadap norma serta kebiasaan sosial yang berlaku dan tidak tertarik menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun, bahkan dengan lawan jenis (kurang tertarik mengalami pengalaman seksual). Mereka cenderung penyendiri dan menghindari interaksi sosial.
- Gangguan Kepribadian Paranoid.
Ciri-ciri utama gangguan kepribadian jenis ini adalah kecurigaan dan ketidakpercayaan terhadap orang lain secara berlebihan, termasuk pada pasangan mereka.
Mereka selalu takut bahwa orang lain akan memanipulasi atau merugikan mereka, dan mereka takut pasangan mereka akan berkhianat.
Terlalu berlebihan menghadapi penolakan, sangat mudah tersinggung, kecendrungan menyimpan dendam, mementingkan hak pribadi tanpa memperhatikan situasi, merasa curiga dirinya di bicarakan negatif oleh orang lain di belakang dirinya dan kejadian ini berlangsung selama 3 bulan.
- Gangguan Kepribadian Skizotipal.
Ciri-ciri jenis gangguan ini adalah :
tingkah laku yang aneh dan cara bicara mereka yang tidak wajar, penderita gangguan kepribadian jenis ini kerap terlihat cemas atau tidak nyaman dalam situasi sosial. Penderita juga kerap berkhayal, misalnya percaya bahwa dirinya memiliki kekuatan telepati yang mampu memengaruhi emosi dan tingkah laku orang lain atau percaya bahwa suatu tulisan di koran adalah sebuah pesan tersembunyi bagi mereka.
Gangguan Kepribadian Kelompok B :
- Gangguan Kepribadian Antisosial (Disosial).
Orang yang menderita kondisi ini selalu mengabaikan (acuh tak acuh) dengan norma sosial yang berlaku dan tidak memiliki rasa empati terhadap orang lain. Kurang memiliki belas kasihan kepada tetangga, keluarga atau temannya yang sedang mengalami musibah. Penderita cenderung menyalahkan orang lain atas masalah yang terjadi dalam hidup mereka. Mereka gemar mengintimidasi orang lain dan tidak menyesali perbuatan mereka. Mereka juga tidak mampu mengendalikan amarah yang berlebihan dalam dirinya dan tidak mampu mempertahankan hubungan.
- Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline). Orang yang menderita kondisi ini biasanya memiliki emosi yang tidak stabil, perilakunya tidak mudah di prediksi dan memiliki dorongan untuk menyakiti diri sendiri, misalnya dengan meminum banyak alkohol, terjerumus dengan pemakaian obat-obatan terlarang (narkoba) atau melakukan seks bebas. Penderita gangguan ini juga merasa kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain. Mereka merasa tidak dianggap baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan (kemungkinan di anggap Bos yang otoriter dan arogan yang selalu bermasalah dengan Karyawannya) maupun bermasalah di masyarakat (lingkungan sosial).
- Gangguan Kepribadian Narsistik.
Orang yang menderita kondisi ini merasa yakin bahwa dirinya lebih istimewa, terbaik, terhebat dibandingkan dengan orang lain. Mereka cenderung arogan (angkuh) dan terus-menerus mengharapkan pujian (sanjungan) dari orang lain. Mereka akan membanggakan dirinya dan melebih-lebihkan prestasi yang dicapainya. Ketika merasa ada orang lain yang lebih unggul daripada mereka, penderita gangguan kepribadian narsistik akan merasa sangat iri dan tidak mau kalah. Bahkan ingin menjatuhkan lawannya (orang yang lebih unggul darinya dianggap lawan atau musuhnya) dan cenderung bersaing dengan cara yang tidak sehat.
Gangguan Kepribadian Kelompok C :
- Gangguan Kepribadian Menghindar
Ciri-ciri penderita dengan gangguan tersebut memiliki perasaan tegang (cemas, was-was) dan takut yang begitu besar (menetap dalam jangka waktu yang lama) walaupun sudah tidak ada faktor pemicunya.
Merasa dirinya tidak mampu (merasa gagal), tidak menarik, lebih rendah dari orang lain. Berpikir terlalu banyak mengenai kritik yang tidak membangun (susah menerima kritikan), penolakan. Tidak ingin bekerja sama (terikat atau berinteraksi terlalu lama) dengan orang lain, kecuali merasa nyaman, yakin dengan beberapa orang yang menyukai dirinya. Pembatasan gaya hidup karena alasan keamanan fisik, menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal.
- Gangguan Kepribadian Dependen
Ciri-ciri gangguan kepribadian dependen yaitu : Membiarkan (selalu merelakan) orang lain mengambil keputusan penting untuk dirinya. Kebutuhan (keperluannya) diatur oleh orang lain. Tidak pernah mau menyampaikan isi hatinya kepada orang yang selalu mengatur kebutuhan hidupnya.
Memiliki ketakutan akan ditinggalkan orang terdekatnya, tidak memiliki kekuatan (merasa tidak berdaya) apabila sendiri. Tidak memiliki kemampuan (kemampuannya terbatas) dalam membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat nasehat, masukkan dan keputusan dari orang lain.
- Gangguan Kepribadian Obssesive Compulsive Dissorder (OCD) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Hati-hati yang berlebihan.
Terlalu memperhatikan hal-hal yang detail, berurutan, teratur (rinci), organisasi. Perfeksionisme, keterikatan (terlalu erat dan terpaku) yang berlebihan pada kebiasaan sosial. Terlalu kaku dan keras kepala. Semua harus sesuai rencana dan selalu memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya (cara kerjanya, hasilnya tidak boleh gagal).
Gangguan kepribadian membuat seseorang memiliki penyakit jiwa yang membuat penderita berpikir aneh dan tidak semestinya.
Apakah Penyebab Gangguan Kepribadian itu?
Gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat memasuki usia dewasa. Kebanyakan yang mengalami gangguan kepribadian adalah Wanita di bandingkan Pria.
Beberapa faktor yang diduga dapat memicu gangguan kepribadian diantaranya :
1. Memiliki riwayat gangguan kepribadian dalam keluarga.
2. Kelainan pada struktur atau komposisi kimia dalam otak.
3. Mengalami pelecehan dan kekerasan seksual sejak dini (masa kanak-kanak).
4. Mengalami kekerasan verbal dan emosional sejak masih kecil.
5. Hidup dengan keluarga yang susah perekonimiannya.
6. Tingkat pendidikan yang rendah.
7. Tumbuh dalam keluarga yang penuh dengan konflik (pernikahan yang tidak sehat atau kacau). Dan lain sebagainya.
Jika diantara kita atau keluarga, teman, tetangga kita mengalami gangguan kepribadian seperti ciri-ciri di atas, segera hubungi Dokter atau Psikolog di daerah terdekat Anda untuk di lakukan
Diagnosis Gangguan Kepribadian.
Diagnosis Gangguan Kepribadian diantaranya :
1. Dokter atau Psikolog menyarankan penderita untuk berbicara, berpikir, bertindak dan mereka akan mengamati penderita apakah ada tindakan dan pola pikir yang normal atau tidak normal dengan beberapa.kali pertemuan.
2. Penderita di check terlebih dahulu kesehatan fisik. Apakah ada yang sakit atau salah dalam fisik penderita (pasien) tersebut.
3. Terapi Psikologis, terdiri dari tiga jenis, yaitu :
- Terapi Perilaku Kognitif.
Terapi ini bertujuan mengubah cara berpikir dan perilaku pasien ke arah yang positif. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa perilaku seseorang merupakan wujud dari pikirannya. Artinya, jika seseorang berpikiran negatif, maka perilakunya pun akan negatif, begitu pun sebaliknya.
- Terapi Psikodinamik. Terapi ini bertujuan mengeksplorasi dan membenahi segala bentuk penyimpangan pasien yang telah ada sejak masa kanak-kanak. Kondisi semacam ini terbentuk akibat pengalaman-pengalaman negatif yang dialami pasien di masa lalu.
- Terapi Interpersonal. Terapi ini didasarkan kepada teori bahwa kesehatan mental seseorang sangat dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan orang lain. Artinya, jika interaksi tersebut bermasalah, maka gejala-gejala gangguan kepribadian bisa terbentuk. Karena itulah terapi ini bertujuan untuk membenahi segala masalah yang terjadi di dalam interaksi sosial pasien.
4. Dokter atau Psikolog bisa memberikan obat-obatan kepada pasien. Penggunaan obat hanya disarankan apabila gejala-gejala yang terkait dengan gangguan kepribadian sudah memasuki tingkat menengah atau parah. Sejumlah obat yang mungkin dipakai adalah obat-obatan penstabil suasana hati dan obat penghambat pelepasan serotonin (antidepresan).
Tanpa di sadari gangguan kepribadian ada di dalam diri kita. Untuk itu alangkah bijaksananya sebagai bentuk cinta kepada diri sendiri silahkan check diri Anda ke Dokter atau Psikolog untuk mengetahui gangguan kepribadian di dalam diri kita atau orang-orang terdekat kita.
Jadi apabila kita melihat atau menemui penderita dengan penyakit jiwa yang membuat penderita berpikir aneh , kemungkinan terdapat gangguan kepribadian. Diagnosa mengenai penyakit jiwa tersebut haris dilakukan oleh ahlinya yaitu Psikiater atau Psikolog.
Tulisan dari berbagai referensi sumber yang terpercaya.
Ani Rahmawati, Balikpapan 06 Agustus 2019

