Perjuanganku Mengatasi Bipolar Disorder Tanpa Obat
Bipolar Disorder atau Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa mania dan depresi, karena itu istilah medis sebelumnya disebut dengan manic depressive. Suasana hati penderitanya dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.Wikipedia
Kisah
nyata dari Ribka ImaRi, Penyintas
Depresi & Bipolar yang sekarang sudah bisa terkendali tanpa obat dari
Psikiater sejak Febuari 2017. Ribka yakin menemukan cara menyembuhkan bipolar tanpa obat .
#Curiga Aku Mengidap Bipolar
Bipolar adalah sebuah kata yang dulu masih asing bagiku. Aku sama sekali belum tergerak mencari tahu artinya. Bahkan ketika di tahun 2014 sebagian orang heboh membahas artis dengan inisial huruf M. Dimana artis tersebut akhirnya mengakui bahwa ia mengidap bipolar tipe 2.
Di tahun tersebut, aku memang memulai membiasakan diri untuk tidak kepo terhadap urusan orang lain. Apalagi urusan artis. Saat itu, aku memulai membiasakan diri tidak memilih saluran televisi yang sedang membahas gosip para artis. Sebab aku merasa ada perasaan yang tidak enak saat aku menonton acara gosip. Lagi pula, urusanku sendiri sudah banyak. Karena saat itu aku sedang menyambut kelahiran anak keduaku. Putri keduaku yang cantik lahir pada 20 Agustus 2014.
Meski kala itu aku sudah mempunyai smartphone-bisa saja aku mencari tahu dari google yang semudah dalam genggaman tangan- hanya tinggal ketik b i p o l a r saja. Tetap saja aku belum tergerak untuk mencari tahu. Aku hanya sekedar tahu ada sebuah gangguan kejiwaan bernama bipolar.
Sampai suatu ketika di pagi hari yang cerah di bulan November 2016. Hari dimana aku dan kedua anakku sedang bergegas memacu sepeda motor menuju suatu tempat. Untuk menghadiri acara seminar Ibu Tangguh di sebuah rumah makan di Pabuaran, Purwokerto, Jawa Tengah.
Kondisiku saat itu masih ada mobil untuk kukendarai jika memang harus pergi jauh membawa kedua anak. Sebab keadaanku yang masih harus LDM (Long Distance Marriage) dengan suami yang masih harus tinggal di Depok, Jawa Barat.
Saat itu putra pertamaku masih berusia 4 tahun 8 bulan dan putri keduaku baru saja berusia 2 tahun 3 bulan. Aku sangat menyayangi keduanya tapi terkadang aku merasa stres manakala harus sendirian mengurus keduanya. Tetapi aku terus berusaha penuh kesabaran memberi pengertian untuk kedua anakku yang masih balita dan balita untuk belajar menerima keadaan kemana-mana tidak harus mengendarai mobil. Tetapi bisa juga dengan mengendarai sepeda motor yang baru saja dibelikan oleh ayahnya di bulan Oktober 2016.
Aku memang sangat berniat mendidik kedua anakku menjadi mandiri meski sedang berjauhan dengan ayahnya. Dan aku bersyukur, pada akhirnya kedua anakku menerima pemberitahuanku bahwa untuk menuju tempat acara di daerah Pabuaran, kami akan mengendarai sepeda motor saja, bukan mobil.
Jarak antara rumah ke lokasi acara tersebut adalah sekitar kurang lebih 10 Km. Setelah aku memastikan kedua anakku aman di belakang boncenganku, aku mulai memacu sepeda motor baruku tersebut dengan perlahan. Aku merasa sedikit tenang, karena memang menggunakan alat bantu berupa sabuk bonceng. Meksi aku tahu membawa dua anak dalam boncengan sepeda motor bukanlah hal yang mudah bagiku yang pemula. Karena selama ini, bahkan sejak semasa gadis aku sudah terbiasa menyetir mobil bila harus bepergian jarak jauh.
Dalam perjalanan menuju acara tersebut, aku sangat bersemangat dan riang gembira mengajak kedua anak benyanyi kecil diatas motor. Tetapi entah apa yang kemudian terjadi. Sesudah menempuh jarak sekitar 8Km yang lumayan menyusahkanku, aku tiba-tiba menangis terisak dengan air mata berderai-derai. Dalam semangat dan riang gembiraku tadi berklebat pikiran “apakah mamaku dulu bisa merasakan fasilitas yang aku rasakan saat ini? Oh… tentu tidaaak!”
Karena mamaku dan aku beserta saudara sekandungku yang serumah semasa kecil hidup dibawah garis kemiskinan dan serba kekurangan.
Aku bingung dengan keadaanku saat itu. Aku yang sedang semangat, riang dan gembira tetapi seketika bisa tiba-tiba sedih mendalam. Aku merasa mood swing (perubahan suasana hati yang sangat terlihat dan cepat).. Tetapi jika kuingat-ingat, sepertinya aku sudah mengalami mood swing ini bahkan sejak remaja. Di saat berkumpul dengan teman-teman sekolah, aku yang sedang tertawa terbahak-bahak, bisa tiba-tiba diam dan sedih, seperti mau menangis akibat mengingat sesuatu hal yang menyedihkan. Semisal, teringat ketika bapak mengamuk. Saat aku bersama teman sekolah, aku bisa merasa sedikit bahagia. Tetapi jika teringat harus pulang ke rumah dan bertemu dengan bapak, seketika moodku hancur.
Apakah aku BIPOLAR?
Pikirku saat itu. Teringat artis M yang mengakui mengidap bipolar dalam berita yang pernah merebak 2 tahun lalu. Aku mulai mencari tahu apa itu bipolar dari situs di google. Sepertinya dugaanku mengarah ke sana. Mengingat kemungkinan ada faktor genetik dari bapakku yang luar biasa mood swing dari baik tiba-tiba marah sampai mengamuk. Begitu pula polaku saat menjelang siklus menstruasi. Aku bisa tiba-tiba mengamuk tak terbendung saat terpicu oleh tingkah laku kedua anakku. Semisal, susah makan atau muntah karena sakit. Atau juga karena sekadar hal sepele, si Sulung tak mau mendengarku saat aku memberi tahu sesuatu hal atau kalimat perintah.
Mood swingku yang tergambarkan diatas sudah sampai tahap sangat menggangguku. Hal ini yang membuat aku nekad pergi menemui Psikolog demi mendapatkan kepastian dari mood swing berkepanjangan. Ya, “ada apa denganku?”
Dan karena aku masih merasa penasaran, setelah ke Psikolog pada tanggal 9 November 2016 di bilangan Mersi, Purwokerto. Saat itu aku masih belum merasa lega. Akhirnya, aku nekad pergi ke Psikiater di RS. Margono Geriatri, Purwokerto, untuk pertama kalinya pada 26 Januari 2017. Setelah 2 kali konseling dan wawancara tatap muka serta diresepkan obat untuk bipolar. Akhirnya aku mengetahui bahwa memang benar aku ini bipolar. Aku menyimpulkannya sendiri setelah banyak mencari tahu dengan banyak membaca dari berbagai situs di google. Sebab sebelum aku seharusnya kembali konseling lagi, aku memberhentikan sendiri pengobatanku oleh sebab aku merasa justru terhambat mengurus kedua anakku.
Aku ingat nama salah satu obat tersebut : DEPAKOTE. Tetapi obat bipolar tersebut justru membuatku lemas lunglai tak berdaya. Mungkin untuk mengobati fase manic-ku.
#PENGERTIAN GEJALA PENYEBAB DIAGNOSIS PENGOBATAN
Pengertian Gangguan Bipolar
Bipolar Disorder adalah..
Berdasarkan kutipan dari Liputan6 pada 18 Agu 2014, 19:54 WIB
Liputan6.com, Jakarta Oleh: Gabriel Abdi Susanto, Benedikta Desideria
Secara ilmiah, bipolar disorder atau gangguan bipolar adalah salah satu diagnosa gangguan kejiwaan pada perasaan (suasana hati) seseorang. Istilah bipolar sendiri mengacu pada adanya dua kutub yang melanda mood atau suasana hati pasien secara bergantian, yaitu kutub manik dan kutub depresi.
#Fase Manic
“Manik adalah mood yang meningkat. Dia merasa gembira luar biasa. Dia punya tenaga luar biasa, nggak capek-capek. Dia bisa berbicara banyak sehingga kita tidak bisa menyela perbincangannya. Idenya sangat banyak. Dia bisa punya percaya diri luar biasa. Dia bisa tidak tidur tanpa ada rasa lelah. Dan keinginan seksualnya pun tak terbendung,” tutur dokter spesialis kejiwaan dari Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Dr dr Nurmiati Amir SpKJ(K)
Menurut Nurmiati, penderita gangguan bipolar bisa melakukan tindakan menyerempet bahaya. Misalnya mengebut di jalan raya karena percaya diri luar biasa.
Seseorang dikatakan dalam episode manik, dokter Nurmiati, ketika gejala-gejala seperti yang disebut sudah berlangsung satu minggu. Namun suatu saat ia akan merasakan perasaan depresi. Ia akan merasakan suasana hatinya sedih luar biasa sepanjang hari selama berhari-hari.
==========
Fase manic ini terjadi padaku yang lama kelamaan aku kenali polanya. Sepertinya sudah terjadi sejak aku remaja dan gadis dewasa, tetapi makin kentara sejak aku menjadi ibu dari 2 anak. Aku pernah sanggup tidur selama 2 jam saja selama 24 jam hanya demi mengerjakan sesuatu sampai selesai. Misal demi membereskan dapur atau rumah yang berantakan. Aku tidak merasakan lelah sama sekali.
Aku pun pernah tiba-tiba terbesit mengebut. Lalu menyetir mobil dengan kecepatan mencapai 120Km/jam saat berada di dalam tol Pejagan menuju Cirebon, Jawa Barat.
Share
via Whatsapp
Share via Facebook