Ibu Harus Tetap Waras Meski Hidup Bersama Mertua Toksik

Beberapa waktu lalu kejadian memilukan kembali terjadi.
Seorang ibu menganiaya balitanya dengan cara
meminumkan lebih kurang satu galon air hingga akhinya meregang nyawa. Menurut pengakuannya, ia melakukan tindakan tersebut dipicu kesal karena selalu dianggap tidak bisa mengurus anak dengan baik. Ditambah lagi adanya ancaman akan diceraikan oleh suaminya membuatnya perempuan berusia duapuluhsatu tahun itu gelap mata. Sebenarnya dari segi kejiwaan, yang dilakukan oleh ibu ini apakah sepenuhnya menjadi kesalahan dia?
Jika
Harus Hidup Bersama Mertua yang Bersifat Toksik
Kondisi seperti yang dialami oleh Ibu NP juga bisa terjadi pada
wanita-wanita lainnya. Masih banyak kondisi rumah tangga yang dipengaruhi
kehadiran orang ketiga yang merupakan orang terdekat suami atau istri, misalnya
mertua. Tak dipungkiri memang masih banyak seorang ibu yang merasa memiliki hak
penuh terhadap anak laki-lakinya, meskipun anak laki-lakinya telah berkeluarga.
Banyak pula Ibu yang memiliki sifat toksik berupa suka merendahkan,
memanipulasi, dan bersikap semau gue terhadap menantunya. Hal ini bisa memicu
terjadinya konflik antara mertua perempuan dengan menantunya. Kondisi tidak
harmonis ini bisa memicu terjadinya depresi pada wanita yang berada dalam
posisi nenantu. Apalagi jika suami turut tak memberikan dukungan moril.
Sifat toksik yang dimiliki seseorang cenderung menyebabkan mereka
melakukan tindakan tidak menyenangkan bagi orang di sekitarnya. Bahkan bisa menjurus
pada tindakan bullying dan verbal abuse. Disinyalir yang menjadi penyebab Ibu NP
menggelonggong anaknya yang baru berusia dua tahun adalah komentar negatif yang
dilontarkan oleh Ibu Mertuanya dan ancaman cerai yang dilakukan oleh suaminya. Komentar
negatif yang merendahkan Ibu NP tidak becus mengurus anaknya sehingga salah satu
anaknya memiliki tubuh yang kurus serta tindakan pengancaman oleh suami yang
berlangsung terus menerus akan meracuni kondisi psikologisnya.
Tidak semua wanita diberikan keberuntungan berada dalam lingkungan keluarga yang baik dan bisa mengayomi ketika sudah menikah. Ada beberapa keadaan dimana seorang wanita dikelilingi oleh orang-orang bahkan sesama wanita yang memiliki sifat toksik. Yang dimaksud dengan sifat toksik dalam sebuah hubungan antar personal adalah sifat manipulatif, suka meremehkan dan merendahkan orang lain, tidak memiliki empati dan tidak bisa bersimpati kepada orang lain, serta enggan meminta maaf atas kesalahannya. Sikap-sikap ini menjadi sebuah verbal abuse dan dapat memicu depresi orang lain yang terus mengalami bullying tersebut.
Usaha
yang Harus Dilakukan Supaya Tetap Bisa Bersikap Waras jika Hidup Bersama Mertua
Toksik
Berada dalam keluarga toksik, apalagi jika keluarga
tersebut berada dalam ring satu seperti mertua dan suami, membuat seorang
wanita harus kuat. Kekuatan di sini bukan berarti ia harus mampu menahan atas
semua yang dilakukan oleh mertua dan suaminya. Sikap terus menahan diri malah
bisa menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Apalagi jika sudah ada anak dalam rumah
tangga tersebut. Sikap sering memendam perasaan bisa memicu depresi yang mungkin
akan menyebabkannya menyakiti diri sendiri atau anaknya.
Meskipun begitu, ketika seorang wanita hidup bersama orang lain yang bersifat toksik, tetap bisa waras dan berpikiran jernih mutlak diperlukan. Take it or leave it bisa menjadi pilihan mutlak. Bertahan atau pergi masih bisa dibenarkan apalagi jika untuk kesehatan jiwanya. Jika memilih untuk bertahan, berikut ini beberapa usaha yang bisa dilakukan para ibu jika memiliki mertua atau hidup bersama dengan mertua yang memiliki sifat toksik
1.
Buat Batasan Jelas Mengenai Privasi Anda dan Suami dengan Mertua
Meskipun
pernikahan merupakan perjanjian seumur hidup dan hidup bersama dengan mertua
yang memiliki sifat toksik adalah takdir yang harus diterima, tidak boleh
membuat Anda terpengaruh dengan keadaan ini. Sebagai menantu Anda tetap harus
membuat batasan jelas antara rumah tangga Anda dengan hubungan Anda dengan
mertua.
2.
Tetap Menghormati Mertua Tetapi Juga Tak Selalu Mengalah Pada Tindakan Mertua
Toxic people biasanya
memang cenderung memiliki sikap manipulatif. Bukan toxic people saja kadang
mertua bisa terlibat konflik dengan menantunya. Jika ada sesuatu hal yang tidak
cocok atau berlawanan dengan prinsip Anda, sebaiknya Anda menolak dan memilih
untuk tidak terus mengalah. Suami juga harus bisa menjembatani komunikasi
antara Anda dengan Ibunya.
3.
Berusaha Tetap Bersikap Tenang dan Rasional Kala Menghadapi Masalah
Hidup
dalam satu atap dengan mertua biasanya akan memantik persoalan-persoalan kecil
yang berpotensi menjadi besar karena terlalu emosional. Apalagi jika mertua
merupakan toxic people, maka sikap selalu tenang dan rasional mutlak
diperlukan. Mencegah setiap masalah kecil menjadi besar dan membuat suasana hati
Anda tetap nyaman adalah alasan mengapa Anda harus selalu bersikap tenang dan
rasional.
4.
Boleh Saja Memaafkan Kesalahan Mertua Tetapi Tidak Melupakannya
Sebagai
toxic people pasti memiliki ciri tidak mau mengakui kesalahan sendiri, apalagi
meminta maaf. Jika mertua Anda adalah toxic people, jangan harap Anda akan
mendengarnya meminta maaf jika beliau telah berbuat kesalahan. Berusalah memaafkan
meskipun mertua tidak meminta maaf. Hal ini juga demi ketenangan jiwa Anda
sendiri. Namun, jangan pernah melupakan kesalahannya sebagai kewaspadaan apabila
mertua mengulangi kesalahannya.
5.
Selalu Fokus pada Diri Sendiri dan Sebisa Mungkin Mengabaikan Energi Negatif
yang Dipancarkan Mertua
Toxic
people cenderung mengeluarkan energi negatif melalui sikap dan komentar-komentarnya.
Jika hal ini terus menerus menjadi perhatian Anda, maka Anda sendiri yang akan stres
bahkan memicu terjadinya depresi. Selalu fokus pada diri sendiri dan tujuam
hidup Anda. Abaikan setiap komentar negatif yang dilontarkan oleh mertua, apalagi
sampai membuat kecewa.
6.
Menghubungi Psikolog jika Dirasa Perlu
Jika
dirasa kondisi yang dialami sudah tidak bisa ditahan lagi, sementara orang di
sekitar tidak ada yang mampu meringankan beban yang dipikul, maka berkonsultasi
dengan psikolog bisa jadi solusi. Psikolog memiliki kemampuan untuk menangani kondisi
ketika seorang wanita mengalami tekanan sehingga bisa merilis bebannya.
Tetap waras atau jatuh terpuruk dan kemudian menjadi
depresi merupakan sebuah pilihan di tangan Anda. Namun, sebagai seorang ibu dan
istri wanita tetap harus bisa memilih tetap waras meskipun mengalami banyak
tekanan dalam hidupnya. Jika saat ini Anda sedang mengalami keadaan penuh
tekanan, pertimbangkan untuk menghubungi psikolog untuk mengatasi masalah Anda.
Ibu yang bahagia sangat dibutuhkan untuk mendidik anak-anak dengan baik.

