Yakin mau jadi Joker?

Joker film telah tayang di berbagai bioskop Indonesia. Berbagai ulasan Joker film telah ditulis baik oleh kritikus film maupun penikmat film biasa dengan
berbagai sudut pandang. Film yang dibintangi Joaquin Phoenix sebagai Joker film ini memang
diakui telah berhasil memikat penontonnya. Joker film sendiri adalah tokoh fiktif
yang merupakan musuh utama Batman dengan ciri khas berdandan ala badut.
Karakter
Joker
Joker adalah tokoh rekaan dalam komik yang diterbitkan oleh DC Comics. Seperti
gambaran karakter Joker yang merupakan antihero dan menjadi musuh abadi Batman,
sejarah penciptaan Joker juga penuh kontroversi hingga tiga orang penciptanya
yaitu Bill Finger, Bob Kane, dan Jerry Robinson meninggal dunia.
Menurut sejarah, karakter Joker terinspirasi dari karakter Gwynplaine
dalam novel The Man Who Laugh karya Victor Huga (1869). Joker digambarkan
sebagai sosok psikopat keras kepala yang sadis. Ia memiliki selera humor
melalui kesadisannya itu. Pada versi film Joker, tokoh Joker digambarkan sebagai
Arthur Fleck yang awalnya merupakan orang baik yang selalu teraniaya hingga kemudian
berubah menjadi orang jahat.
Sosok Joker film terbarunya ini digambarkan sebagai sosok baik yang
kurang kasih sayang dan cinta sejak kecil. Wanita yang dikenal sebagai ibunya,
Penny Fleck merupakan wanita yang memiliki gangguan kepribadian narsisme dan delusional.
Joker adalah tokoh yang mengalami kekerasan fisik dan verbal yang dilakukan oleh ibu
angkatnya sendiri. Kekerasan yang didapat terus menerus ini dianggap menjadi
trigger bagi Joker untuk berkembang sebagai sosok yang jahat dan sadis. Meski
Joker pun sebenarnya juga memiliki gangguan mental.
Joker di
Dunia Nyata
Gangguan mental yang dialami Joker adalah Pseudobulbar Affect (PBA). Pada
penderita PBA seringkali memiliki ekspresi yang tidak tepat dan cenderung
berlebihan pada suatu jenis emosi tertentu. Misalnya, ketika marah penderita PBA
justru tertawa terbahak-bahak. Adanya gangguan fungsi neurologis yang
disebabkan trauma atau luka pada otak (brain injury) pada bagian prefrontal
dianggap sebagai penyebabnya. Amarah dan kekecewaan pada diri sendiri yang
menumpuk disinyalir juga menjadi penyebabnya.
Setelah rilisnya film Joker, banyak yang menganggap bahwa Joker adalah
orang baik yang tersakiti sehingga tumbuh menjadi orang yang jahat. Padahal
tidak seperti itu. Tokoh Joker jelas memiliki mental illness. Sedangkan
pada orang yang sehat secara mental, menjadi baik atau jahat adalah sebuah
pilihan.
Joker adalah tokoh rekaan yang hanya terdapat dalam film. Namun, apakah ada sosok dengan karakter mirip Joker di dunia nyata? Jawabannya, tentu ada. Karena yang dialami oleh Joker merupakan jenis gangguan mental yang memang secara teori ada, bukan sekedar rekaan.
Baca Juga Jika saya jadi Joker
Joker yang
Lahir di Media Sosial
Media sosial saat ini menjadi salah satu tempat berinteraksi beragam
manusia. Apalagi dengan suhu politik yang memanas sejak masa Pemilu,
menyebabkan banyak orang terjebak dalam perdebatan panjang masalah politik.
Media sosial juga menjadi ajang saling melontarkan kritikan hingga mengarah
pada hujatan kepada masing-masing kelompok.
Anggapan adanya kedzaliman yang dilakukan kelompok tertentu membuat
kelompok yang berseberangan merasa memiliki izin untuk membalasnya. Kadang
balasan yang diberikan juga lebih jahat dan buruk. Sepertinya era media sosial
saat ini telah melahirkan Joker-Joker baru. Meski tak sesadis tokoh Joker film, Joker di media sosial banyak yang masif melontarkan ucapan kasar hingga
verbal abuse terhadap kelompok lainnya.
Menjadi jahat atau baik memang sebuah pilihan baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya. Media sosial memang layaknya sebuah komunitas dimana ada interaksi antara satu dengan lainnya. Bijak dalam bermedia sosial sangat diperlukan untuk tetap menjadikan kita sebagai pribadi yang baik atau jahat.
Oleh Ratna Pillar

