7 Kekerasan Verbal Ini Bisa Membentuk Pribadi Kurang Percaya Diri

Anak yang
memiliki tingkat kepercayaan diri tinggi seringkali diidamkan oleh orangtua.
Apalagi jika anaknya selalu berani mencoba hal baru dan mampu berinisiatif.
Namun, pada beberapa anak memiliki tingkat kepercayaan yang rendah bahkan
cenderung penakut. Banyak hal yang menyebabkan anak kurang percaya diri. Salah
satunya adalah kekerasan verbal yang dilakukan orangtua. Baik itu dilakukan secara
sengaja atau tidak. Kekerasan verbal orangtua dapat berdampak pada anak menjadi kurang percaya diri.
Apa itu
kekerasan verbal?
Kekerasan
tidak hanya terjadi secara fisik dan bisa terjadi di mana saja. Salah satu
jenis kekerasan yang sering terjadi adalah kekerasan verbal. Sering kita
mendengar istilah kekerasan verbal, tetapi apa definisi kekerasan verbal?
Mengutip dari
tabloid-Nakita.com, kekerasan verbal adalah kekerasan terhadap perasaan menggunakan
kata-kata kasar tanpa menyentuh fisik. Kekerasan ini tak kalah sadis dengen
kekerasan fisik meskipun secara fisik tidak terlihat bekasnya. Sayangnya,
kekerasan verbal seringkali tidak disadari baik oleh pelaku maupun korban.
Padahal Kekerasan verbal orangtua bisa menyebabkan efek psikologis
yang besar.
Kekerasan
Verbal yang Menyebabkan Anak Kurang Percaya Diri
Kepercayaan
diri anak bukan bawaan lahir maupun sesuatu yang bisa secara instan. Untuk
menumbuhkan kepercayaan diri harus bisa memberikan pengasuhan yang mendukung
untuk peningkatan kepercayaan diri anak. Beberapa orangtua secara tak sadar
kadang melakukan kekerasan secara verbal
kepada anaknya. Hal ini bisa menurunkan tingkat kepercayaan diri anak dan membentuk
pribadi yang kurang percaya diri. Berikut beberapa kekerasan verbal orangtua yang berpotensi bisa menurunkan tingkat kepercayaan diri anak.
1. Membentak
Ketika sedang
marah, ada diantara orangtua yang membentak anaknya. Membentak sejatinys adalah
hal spontan yang dilakukan orangtua untuk menunjukkan superioritasnya. Hal ini
bertujuan untuk menarik perhatian anak kepadanya. Ketika membentak terdapat
gelombang suara disertai gelombang emosi yang dihasilkan otak kiri. Gabungan
kedua gelombang ini bisa bersifat destruktif pada otak anak. Anak-anak yang
sering dibentak akan tumbuh menjadi anak yang tertutup, minder, kurang percaya
diri, bahkan ragu-ragu setiap mengambil keputusan. Namun, sebaliknya bisa juga
anak tumbuh menjadi pribadi yang pemarah, egois, keras kepala, suka menantang,
hingga apatis tidak peduli dengan lingkungan sekitar.
2. Meremehkan
Meremehkan sepertinya
memang terdengar sepele, apalagi jika yang diremehkan adalah anak-anak. Masih
banyak orangtua merasa bahwa anak-anak belum bisa mengerti apa yang telah diucapkan
oleh orangtuanya. Misalnya orangtua
gemar sekali meremehkan usaha anak dengan melontarkan kalimat, "kamu tidak
akan bisa naik sepeda itu, kan kamu masih kecil." Hal seperti ini memang
terdengar sepele bagi orangtua, namun bisa menurunkan kepercayaan diri anak.
3. Menginterupsi
Anak-anak
biasanya suka bercerita. Banyak hal yang menarik perhatiannya diceritakan kepada
orangtuanya. Orangtua sebaiknya mendengarkan cerita anak dan memberikan
tanggapan yang sesuai. Namun, ada beberapa orangtua yang lebih suka
menginterupsi cerita anaknya. Bahkan memotong ceritanya ketika dianggap tidak
penting. Apabila orangtua melakukan ini, anak akan merasa diabaikan dan enggan
bercerita lagi. Rasa tidak didengarkan bisa juga menurunkan kepercayaan diri
anak karena menganggap tidak ada yang mau mendengarkannya.
4. Membandingkan dengan Anak Lain
Setiap anak
itu unik dan memiliki kelebihannya masing-masing. Tidak semestinya anak
dibandingkan dengan anak lainnya meskipun itu saudaranya sendiri karena mereka
merupakan pribadi yang unik. Sayangnya, masih banyak orangtua beranggapan
membandingkan anak bisa menjadi motivasi untuk anak tersebut. Padahal ketika dibanding-bandingkan
terutama yang berhubungan dengan fisik dan kemampuan akademis, anak bisa jadi
merasa tersinggung. Kebiasaan dibandingkan ini lama kelamaan akan membuatnya
kehilangan semangat untuk mengejar prestasi, kurang percaya dengan
kemampuannya, cenderung individualistis dan egois.
5. Mengancam
Ancaman masih
menjadi salah satu cara ampuh untuk mendisiplinkan anak dengan cara cepat. Cara
ini memang terlihat bukan suatu pola asuh yang baik. Namun banyak orangtua masih
menerapkannya. Memang anak akan seketika menuruti orangtuanya jika sudah
melakukan ancaman, tetapi hal ini hanya bersifat sementara. Anak cenderung mengabaikan
atau menentang jika ancaman yang ia terima ternyata tak terbukti. Orangtua
harus membuat ancaman baru untuk mendisiplinkannya kembali. Ada dampak buruk
jika anak seringkali diancam. Anak akan tumbuh kurang percaya diri dan sering
merasa takut. Namun, sebaliknya anak bisa pula menjadi pemberontak karena menganggap
bahwa ancaman orangtuanya hanya isapan jempol semata.
6. Memberi Label Negatif
Menyebut anak
dengan sebutan anak nakal, anak cengeng, merupakan tindakan memberi label
negatif. Label negatif ini bisa meruntuhkan kepercayaam diri anak karena merasa
bahwa dirinya buruk.
7. Menuduh
Tak jarang
orangtua menuduh sendiri anak-anaknya terhadap hal sepele. Misalnya, seorang
anak secara tak sengaja mmenyenggol gelas hingga terjatuh, tetapi ibunya langsung
menuduhnya memecahkan gelas. Hal ini bisa menyinggung perasaan anak dan
membuatnya sedih. Jika orangtua sering melakukan tuduhan kepada anaknya, anak
akan kehilangan kepercayaan dirinya karena merasa selalu salah di mata orangtuanya.
Di atas merupakan beberapa jenis kekerasan verbal orang tua yang sering dilakukan terhadap anaknya. Memang terlihat sangat sepele bahkan kadang tak disadari oleh pelaku atau orangtua bahwa ia telah melakukan kekerasan secara verbal terhadap anaknya. Anda pernah melakukan Kekerasan verbal orangtua nomor berapa? Semoga tidak ada ya, jika pernah dilakukan maka orang tua dapat segera berbenah dan berkonsultasi dengan psikolog jika diperlukan.

