Make Me Happy, Please

Menikah bukan ajang siapa cepat, bukan ajang siapa duluan, bukan
juga ajang untuk pamer kebahagiaan, karena hakekatnya menikah adalan penyatuan
perbedaan, mematikan keegoisan, dan yang pasti menikah adalah untuk saling
membahagiaakan. Bukan untuk dibahagiakan.
Kalau diminta menasihati teman yang masih single, nasihat saya:
bila menikah dengan tujuan “supaya saya bisa bahagia,” lebih baik tidak usah
menikah. Kalau seseorang tidak bahagia ketika single, jangan berharap ia akan
bahagia ketika menikah. Surfer legendaris Laird Hamilton dan juara bola voli
Gabrielle Reece telah menikah selama 20 tahun. Kata Gabrielle, “Kita selalu
bergurau, ‘Kamu buat dirimu bahagia, dan aku buat diriku bahagia, lalu kita
dapat berkumpul dan lakukan sesuatu dari situ.’” Menurut Gabrielle, bukan
tugasnya untuk membuat suaminya bahagia, dan bukan tugas suaminya untuk
membuatnya bahagia, itu tidak realistis.
Banyak orang menikah berpikir bahwa pernikahan adalah sebuah
kotak yang penuh hadiah-hadiah indah yang mereka inginkan: romantisme, persahabatan,
keintiman, dll. Tetapi sebenarnya, pernikahan mirip sebuah kotak yang kosong,
Anda harus menaruh sesuatu di sana sebelum Anda bisa mengambil sesuatu dari
kotak itu. Tidak ada persahabatan dalam pernikahan, kalau Anda tidak menaruhnya
di dalam kotak itu. Tidak ada romantisme dalam kotak, kalau Anda tidak
memulainya. Tidak ada cinta yang penuh pengorbanan kalau bukan Anda yang
menaruhnya terlebih dahulu. Kalau Anda mengambil lebih dari yang Anda taruh,
maka kotak akan kosong.
Pernikahan itu mahal, bukan karena membayar cincin dan pesta
pernikahan, tetapi karena harga yang harus dibayar adalah diri Anda sendiri:
kenyamanan Anda, ego Anda, hak-hak Anda, dll. Anda harus mengampuni ketika
dilukai. Melayani ketika kelelahan. Menebar kasih ketika sebenarnya ingin
marah. Mendengarkan ketika sebenarnya ingin tidur. Pernikahan adalah tentang
memberi dan berkorban. Kalau Anda menikah dengan tujuan untuk membahagiakan
diri, maka dijamin Anda akan kecewa. Tetapi ketika Anda berani berkorban, maka
Anda akan menuai cinta sejati dan hubungan yang berarti (Esther Idayanti).
Jadi pernikahan bisa juga dikatakan sebagai pengingat bahwa
pernikahan tidak selamanya identik dengan kebahagiaan.
Kebahagiaan ditentukan oleh kerja keras kita, hati kita dan rasa
syukur kita untuk bahagia, untuk bahagia dalam pernikahan kita perlu kerja
keras, dan kerja iklahs, tanpa itu semua rasanya sulit sekali untuk bahagia
malah justru merasakan hidup seperti dineraka
PERNIKAHAN MENGAJARKAN TENTANG "TIDAK MEMENTINGKAN
DIRI", LEBIH DARI YANG ANDA INGIN KETAHUI. 💝
Marriage teaches you more about selflessness than you ever
wanted to know

